Aku masih melihatmu, di kelas ini, di ruangan yang sama setiap hari. Namun aku sadar, hatiku tak lagi sama. Hari ini, saat kulihat dirimu duduk bercanda dengan teman-teman kita yang lain, mentari pagi membiaskan sinarnya di puncak kepalamu, menerangi sebagian pipimu, aku terpesona. Tanpa aba-aba, jantungku berdetak lebih kencang. Aku tak tahu kenapa, tapi saat kau menoleh, rasanya aku tak berani bertatap mata. Aku memilih duduk di bangkuku, sesekali melirikmu yang juga melirikku. Biasanya aku tak kan berfikir macam-macam. Tapi hari ini, aku jadi penasaran, apakah kau merasakan hal yang sama saat menatapku? Ataukah tatapanmu itu mengandung kecurigaan bahwa ada yang berubah di diriku? Oh, aku khawatir sekali. Tak biasanya aku merasa tak nyaman di dekatmu. Kita biasanya dekat, sangat akrab hingga lebih dari sahabat. Banyak yang bilang beda jenis kelamin tak bisa berakrab-akrab tanpa berakhir dengan jatuh cinta. Hampir enam tahun bersama, kurasa tak ada yang membuktikan itu pada kita. Kecuali hari ini, hatiku berhianat pada janji. Mungkin, karena rasa itu lah akhir-akhir ini perhatianmu padaku terasa lebih special. Aku tak berani berharap sejauh itu. Kupikir bukan cinta yang kau berikan. Tak apa, asal kita masih tetap sedekat ini. Aku sudah cukup bahagia bersamamu setiap hari. Hei, tapi aku sendiri yang tidak nyaman. Karena setiap kali bersamamu, hatiku tak karuan. Apa benar ini cinta? Haruskah kuungkapkan? Tidak, tidak, menyatakan jatuh cinta padamu berarti bencana pada persahabatan kita. Aku terlalu takut. Meski kadang ingin kucoba, apapun hasilnya. Kadang ingin kunekat saja, asal hati ini lega. Tapi tidak, kau jauh lebih berharga dari apa yang kurasa.
Karenanya, maafkan aku jika sekarang aku agak menjaga jarak, Aku tahu kau akan semakin menggodaku dan mendekatiku jika aku menjauh. Mau bagaimana lagi, aku suka dirimu yang seperti itu. Tak apa, aku bisa mengatakan rasa ini padamu. Dalam diam, dalam tatapan yang tak kan pernah kau lihat, dalam bisikan yang tak kan pernah kau dengar. Rasa ini membuatku kege-eran, kadang kurasa kau juga jatuh cinta padaku. Dari tatapan matamu, senyummu yang seindah itu yang hanya untukku, perhatianmu, semuanya seolah hanya milikku. Tapi sebelum ada ikrar dari bibirmu, aku tak berani menyimpulkan bahwa kau jatuh cinta padaku. Oh, Tuhan. Sampai kapan aku bisa beertahan memendam semua ini?
Aku ingin terus berdekatan denganmu. Aku tak mau kau tiba-tiba menghilang dari hidupku. Tapi, jika kau terlalu dekat denganku, aku jadi sulit bernafas. Jantungku berdentum kencang seperti menabuh genderang. Aku takut dalam keadaan seperti ini, kau akan melihat tatapan cinta di mataku. Aku takut kau akan mendengar bisikan lirihku, yang mungucap bahwa aku mencintaimu. Karena, kau tahu benar bagaimana diriku jika jatuh cinta. Aku tipe yang akan memberikan apapun pada cintaku. Dan aku tahu benar kau tidak suka tipe menyerah seperti itu. Karenanya, rasa ini harus kusembunyikan. Aku akan menunggu, hingga tipe kesukaanmu berubah, dan kemungkinan kau bisa menerimaku.
Aku akan terus menunggu. Dengan menjaga jarak darimu. Bukan kebersamaan kita yang kuhindari, tapi keintiman kita yang kubatasi. Kalau kau bertanya-tanya, kubilang saja aku sedang jatuh cinta. Kau pasti akan menggodaku untuk tahu siapa orangnya. Dulu aku meminta bantuanmu. Kali ini, tak akan sekalipun kuungkap lewat bibirku. Aku hanya akan menunggu, demi persahabatan kita. Kelak, jika kita kuliah terpisah, kau akan tahu ada aku di sini yang mencintaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar